JAKARTA, Stabilitas — Di tengah perkembangan ekonomi global yang tidak kondusif tersebut, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan yang berlanjut.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2018, hari ini (27/11), di Jakarta. Pertemuan Tahunan Bank Indonesia diselenggarakan rutin setiap akhir tahun untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan Bank Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo, Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kepala Daerah, pimpinan perbankan dan korporasi nonbank, akademisi, pengamat ekonomi, serta perwakilan sejumlah lembaga internasional. Tema yang diangkat dalam PTBI 2018 adalah “Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan”.
Perry mengatakan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai sekitar 5,1% ditopang oleh kuatnya permintaan domestik yang tumbuh sekitar 5,5%. Investasi tumbuh kuat, yaitu sekitar 6,8%, didukung oleh tingginya investasi nonbangunan yang tumbuh sekitar 10,0% dan berlanjutnya kenaikan investasi bangunan sekitar 5,7%. Konsumsi rumah tangga juga tumbuh relatif tinggi, yaitu sekitar 5,2%, didukung oleh terjaganya daya beli dan meningkatnya program sosial Pemerintah. Ekspor secara riil tumbuh sekitar 6,9%. Akan tetapi tingginya impor yaitu sekitar 12,3% menyebabkan permintaan eksternal berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018.
“Secara spasial, kinerja pertumbuhan ekonomi yang membaik tercatat di sejumlah wilayah NKRI Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa tahun 2018 diperkirakan mencapai 5,7% didukung oleh kuatnya investasi dan konsumsi, serta membaiknya kinerja sektor manufaktur.”kata Perry.
Perry menambahkan, Ekonomi wilayah Sumatera diperkirakan tumbuh 4,6% dengan dukungan ekspor khususnya kelapa sawit. Ekonomi di wilayah Sulawesi serta Maluku dan Papua diperkirakan tumbuh tinggi, yaitu masing-masing 6,8% dan 9,7%, didukung oleh sektor pertambangan. Sementara itu, ekonomi wilayah Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 2,6% serta wilayah Kalimantan tumbuh 3,6% pada tahun 2018. Di samping faktor ekspor dan harga komoditas, perbedaan pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah dipengaruhi pula oleh intensitas investasi, khususnya infrastruktur.