Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi inflasi Desember 2014 sebesar 2,46%. Akibatnya inflasi tahunan 2014 menyentuh 8,36% melampaui perkiraan Bank Indonesia (BI). Bank sentral tersebut sebelumnya memproyeksikan laju inflasi bulanan untuk Desember berada pada kisaran 2,1% sampai 2,2%.
“Tadinya kita menduga 2,1% sampai 2,2%. Tapi hasil pemantauan harga 2,2% sampai 2,4%, jadi 2,46%. Kita dapat memahami itu cukup tinggi,” ungkap Gubernur BI, Agus DW Martowardojo di Jakarta (2/1).
Menurut dia, inflasi akhir tahun tersebut dipengaruhi dampak dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan gejolak harga bahan pangan (volatile food), termasuk kenaikan ongkos transportasi, serta musim libur Natal dan Tahun Baru.
“Diharapkan Januari 2015, inflasi turun karena saya mengamati akan dilakukan koordinasi bukan hanya di pusat tapi juga daerah terutama untuk pangan strategis dan biaya transportasi,” imbuhnya.
Agus menjelaskan bahwa BI memasang target inflasi 4 plus minus 1% dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2015. Optimistis tersebut dilatarbelakangi oleh upaya pemerintah dalam menyehatkan anggaran terutama di belanja subsidi energi.
“Pemerintah sedang mengelola energi dengan serius karena ada unsur penurunan harga minyak dunia. Ini membantu kebijakan energi struktural kita. Kita menyambut baik, meskipun pasti ada dampak terhadap inflasi dari penyesuaian harga elpiji 12 Kg dan tarif listrik tahun ini,” pungkasnya.