Randi Anto
Direktur Manajemen Risiko Bank Rakyat Indonesia
BERITA TERKAIT
Ketika tahun 2012 datang, banyak pihak menyiratkan optimismenya kondisi perbankan nasional akan tetap tumbuh meskipun perekonomian global masih belum stabil dan terancam krisis Eropa. Akan tetapi risiko tidaklah menghilang begitu saja. Jika sepanjang 2011 bank mengalami pengalaman tidak mengenakkan saat mengelola risiko operasional maka tahun ini risiko kredit tampaknya menjadi salah satu risiko
yang akan mencuat.
Selain itu, Randi Anto, Direktur Manajemen Risiko Bank Rakyat Indonesia mengatakan bahwa predikat investment grade yang disandang akan menjadikan Indonesia seperti gadis cantik yang sangat menarik di mata investor. Namun hal itupun membawa risiko. Apa saja risikonya, berikut penuturannya pada Majalah Stabilitas Perbankan saat ditemui di ruangannya Desember lalu.
Tahun 2011 perbankan memiliki beberapa catatan buruk terkait manajemen risiko. Secara garis besar bagaimana Anda melihat 2011 dari sisi manajemen risiko?
Beberapa peristiwa yang terjadi di industri perbankan sepanjang 2011 akan dilihat perbankan sebagai peringatan untuk melakukan cross check terhadap prosedur yang sudah diterapkan apakah cukup solid untuk menjaga risiko. Semua kejadian tersebut menyadarkan kita untuk terus melakukan review secara periodik atas manajemen risiko. Khusus di Bank Rakyat Indonesia, tahun 2011 masih on the track dalam kaitan rencana bisnis maupun rencana manajemen risiko.
Apakah bisa dikatakan pada 2011, risiko operasional menjadi sangat dominan dibanding risiko lainnya?
Menurut hemat saya itu hal yang wajar karena dari sisi kredit sejauh ini sudah berjalan dan bisa terukur. Sementara itu produk perbankan saat ini selain beragam juga semakin kompleks serta banyak orang yang menjalankannya. Ini yang membuat tingkat risiko operasional menjadi semakin besar.
Sangat normal. Seperti di BRI, dulu kita hanya punya risiko operasional 1 persen dari 250 cabang sehingga diakumulasi menjadi 250 persen tetapi karena sekarang ada pertumbuhan menjadi 470 cabang, meski persentase tetap tetapi dari jumlah tentu menjadi meningkat. Produk yang berkembang, jaringan yang meningkat dan manusia yang mengerjakannya pun bertambah sehingga menjadikan risiko operasional menjadi dominan. Tantangannya adalah bagaimana agar budaya sadar risiko dijalankan tidak hanya di kantor pusat tetapi juga di semua kantor cabang.
Bagaimana dengan krisis Eropa yang sejauh ini belum menemukan titik terang, apa yang harus diwaspadai perbankan?
Kondisi Eropa yang belum jelas memang harus juga menjadi perhatian kalangan perbankan. Diperkirakan sampai kuartal pertama 2012 pun penyelesaian krisis di kawasan Eropa belum jelas karena negara negara Eropa sendiri tidak solid. Kondisi ketidakpastian di Eropa yang masih akan berlangsung ini tentu membuat bank-bank di Eropa menjadi tidak leluasa dan lebih memilih menahan pemberian pinjaman. Amerika juga sejauh ini belum selesai. Sehingga diperkirakan akan mempengaruhi permintaan terhadap beberapa produk dari Indonesia . Bank harus melihat hal itu.
Sejauh ini dampak terbesar bagi Indonesia sebenarnya di sektor mana?
Untuk yang primer sebenarnya tidak ada masalah seperti komoditas batubara dan sawit. Tetapi jika melihat penjualan mobil yang turun tentu akan berimbas pada turunnya produksi mobil. Jika ini terjadi produksi ban pun akan turun sehingga harga karet Indonesia akan terpengaruh. Itulah yang harus dilihat perbankan. Sektor mana yang harus diberi lampu kuning dan mana yang diberi lampu merah.
Tetapi kalau kita bisa menyikapi dengan bagus maka 2012 masih akan tumbuh. Saya belum tahu pasti, tetapi setelah dari Fitch Rating mungkin awal tahun depan investment grade juga akan kita dapat dari lembaga rating lain seperti Moody’s dan S&P. Selain itu dengan kondisi di luar yang sedang kocar kacir, Indonesia saat ini menjadi seperti gadis cantik yang sangat menarik di mata investor. Tinggal bagaimana kita mengoptimalkan potensi yang ada.
Apakah dengan demikian dapat dikatakan bahwa risiko likuiditas sudah sedikit lebih aman?
Bukan persoalan aman atau tidaknya tetapi sudah bisa lebih diprediksi dan bisa dibaca tren ke depannya. Kita tidak bisa bicara aman atau tidak tetapi semestinya kalau sudah bisa diprediksi, kita bisa mengambil langkah antisipatif dengan tepat. Kalau tidak tahu apa-apa kita tidak berani mengambil langkah apapun. Memang kalau dilihat dari sisi likuiditas, sudah akan semakin longgar karena masuknya Indonesia dalam investment grade sehingga makin banyak dana yang masuk. Selain itu, selama ini perekonomian Indonesia juga tumbuh positif ditopang permintaan dalam negeri yang cukup kuat. Oleh karenanya dari sisi pertumbuhan di 2012, saya kira akan lebih bagus.
Bagaimana profil risiko industri perbankan tahun 2012?
Dengan asumsi krisis Eropa dan Amerika yang masih berlarut larut sebenarnya profil risiko perbankan Indonesia relatif stabil. Akan tetapi ada beberapa parameter yang kemungkinan rentan dengan perubahan dibanding profil risiko 2011. Di antaranya seperti risiko strategi karena diperkirakan akan terjadi perlambatan pertumbuhan bisnis dibanding 2011 di mana ekspansi usaha akan bergerak lebih konservatif, pembukaan unit kerja akan diperlambat dan bank akan lebih fokus pada konsolidasi internal.
Di tempat lain usaha produktif dengan orientasi pasar ekspor kemungkinan akan terkena imbas dari kondisi ekonomi global yang melemah. Bank perlu mengarahkan debitur untuk meningkatkan porsi pasar domestik sementara bagi bank sendiri diharapkan lebih fokus pada restrukturisasi kredit untuk daerah yang sebelumnya terkena bencana.
Bagaimana prospek bisnis perbankan di saat ekonomi global cenderung melemah?
Indonesia sebenarnya telah sukses melewati hadangan krisis di 2008 dan untuk 2012 pun ada optimisme Indonesia bisa mengatasinya. Dengan masuknya Indonesia dalam investment grade tentu pemilik modal dari kawasan Eropa dan Amerika akan mengalihkan investasinya ke Indonesia yang perekonomiannya diperkirakan masih tumbuh positif di level 6,5 persen. Ini akan berdampak pada peningkatan investasi langsung sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan prospek bisnis perbankan. Kinerja perbankan pun akan baik dari sisi aset maupun laba.
Dalam situasi seperti ini, apa yang seharusnya dilakukan perbankan termasuk BRI?
Di saat ekonomi sedang mengalami tren pelemahan, inilah waktu yang tepat buat perbankan melakukan perbaikan internal lewat konsolidasi, perbaikan infrastruktur seperti sistem informasi, posisitioning unit-unit kerja dan lainnya. Juga menjadikan momen ini untuk melakukan rekrutmen dan menambah atau meningkatkan kemampuan SDM serta membenahi kebijakan pengelolaan risiko.
BI telah mengeluarkan aturan baru terkait kartu kredit, outsourcing dan wealth management, apakah ini bisa mengikis masalah atau kecurangan yang terjadi selama ini?
Kehadiran aturan aturan terkait hal di atas sebenarnya membantu bank membenahi kebijakan dan prosedur operasional dengan mengevaluasi pengelolaan risiko pada produk dan aktivitas tersebut. BRI sebenarnya sudah melakukan berbagai perbaikan kebijakan dan pengelolaan risiko terkait produk dan aktivitas tersebut.
Saat ini sudah banyak bank lain terutama asing yang masuk ke segmen pembiayaan mikro yang selama ini menjadi keahlian BRI. Bagaimana BRI mengantisipasi hal ini?
Sejujurnya tidak mudah untuk masuk dan bertahan di pangsa pasar mikro, apalagi bank asing. Di sisi lain, BRI juga terus berupaya memperkokoh penetrasi pasar dan memastikan dominasinya seperti dengan menjaga kedekatan lokasi dengan pangsa pasar. Saat ini BRI yang punya unit di hampir setiap kecamatan serta Teras BRI (salah satu layanan BRI) dan Kantor Kas BRI di pasar pasar tradisional. Kemudian BRI juga meningkatkan kualitas layanan serta mengadaptasi budaya lokal dalam budaya kerja.
Terkait pengelolaan risiko, sampai akhir tahun ini tidak terdengar nama BRI masuk dalam daftar bank yang bermasalah. Bagaimana BRI menjalankan manajemen risiko?
Ada beberapa hal yang dilakukan terkait dengan manajemen risiko. Sebenarnya pertahanan pertama kami ada di unit kerja operasional, kemudian second line di manajemen risiko dan kemudian baru di auditor. Terkait manajemen risiko, sejak 2010 kita telah membentuk group head manajemen risiko di semua wilayah kerja dengan tugas mengelola risiko di wilayah tersebut. Juga dilakukan perubahan struktur auditor di mana kami menerapkan residen auditor unit dan residen auditor di cabang . Pesan utamanya adalah BRI semakin peduli pada risiko dan pegawai yang bekerja di Unit dan Cabang pun lebih terdorong untuk sadar risiko.
Bagaimana metode pengawasan internal di BRI?
Auditor internal di BRI memang sudah berada langsung di bawah Dirut dan itu sudah lama diterapkan. Sekarang untuk pengawasan, BRI menambahkan dengan adanya whistle blower system yang dikenalkan pada 2009 untuk pelaku bisnis maupun auditor. Selama ini harus diakui selain pelaku bisnis yang dikenakan sanksi auditor juga terkena sanksi. Dengan mekanisme ini, BRI mau menunjukkan ke pasar bahwa siapapun kalau tidak melaksanakan SOP-nya akan diberikan sanksi bisa menurunkan jabatannya.
Terkait whistle blower, bagaimana mekanismenya?
Kami menyediakan satu nomor yang bisa diakses oleh pihak yang sangat berwenang di BRI dan identitas si pelapor akan dilindungi karena bagi kami yang penting adalah esensinya dan itu yang akan ditindaklanjuti. Tentu setiap laporan akan diseleksi. Tetapi sebenarnya di sistem ini ada added value yakni ada early warning system. Misalnya ada laporan bahwa atasannya punya hobi baru seperti senang melakukan kegiatan offroad dengan mobil. Tentu informasi tersebut akan ditindaklanjuti untuk melihat apakah dia mampu membiayai hobinya ini dengan standar gaji dan tujuan sebesar itu. BRI juga selama ini terkenal dekat dengan Serikat Pekerja sehingga akan membantu mengawasinya.
Apakah dengan itu sistem bisa berjalan?
Saya pikir yang perlu disadari itu, bank dioperasikan lewat manusia dan IT. Untuk IT, perbankan bisa membeli sistem yang paling canggih. Tetapi yang perlu dijaga adalah manusia yang dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan sistem dan prosedur yang sudah ada. Karena itulah kami sangat keras terkait sistem operasional prosedur (SOP) ini. Kami tekankan jangan pernah menawar SOP yang ada. Ini yang sangat penting karena tidak ada sistem dan prosedur di perbankan yang diputuskan oleh satu orang.
Apakah BRI memiliki pola khusus dalam menghasilkan manajer risiko yang handal?
Berbicara tentang menghasilkan risk manager handal maka yang dibicarakan adalah mempersiapkan staf. BRI memiliki mekanisme sendiri terkait mempersiapkan staf dengan seleksi yang sangat ketat. Salah satunya adalah ketika ujian terakhir, calon staf wajib melakukan presentasi satu demi satu dan diuji langsung oleh direksi dengan didampingi dua pejabat eselon. Tidak ada calon staf di BRI yang lulus tanpa diuji direksi. BRI ingin sekali memiliki 400 sampai 4.500 staf handal. Mereka disiapkan bukan untuk menjadi manajer tetapi menjadi Direktur Utama BRI. Salah satu yang ditekankan di sana adalah budaya sadar terhadap SOP, code of conduct. Manager yang ditunjuk untuk mendidik mereka pun harus yang bisa dijadikan panutan.
Dari sisi pengetahuan sebenarnya tidak ada masalah karena bisa saja hal itu didapat dengan mengikuti seminar, kursus dan kuliah. Tetapi yang penting adalah bagaimana pengetahuan ditunjukan dalam perilaku dan kebiasaanya. Ketika melanggar code of conduct maka dengan sangat menyesal mereka dipersilahkan untuk keluar.
Selain lewat proses yang sudah ada, apakah ada upaya lain dalam upaya membentukan karakter orang BRI?
Di luar semua ketentuan yang ada, kami memberlakukan bahwa manajer seberapa pun kecilnya harus bisa menjadi anchor yang men-drive semua bawahannya untuk sadar risiko. Di luar semua infrastruktur yang dipersiapkan pemimpin sangat menentukan, sehingga kita sangat konsen. Jika ada yang melawan code of conduct akan diambil tindakan.
Ini terkait transformasi BRI yang mulai menerbitkan kartu kredit dan juga wealth management . Bagaimana mengelola dan memitigasi risiko dari pergeseran tersebut?
BRI sebenarnya tidak keluar dari citra sebagai bank rakyat kecil dan tetap fokus kepada UMKM. Penambahan layanan seperti kartu kredit dan wealth management hanya karena ada permintaan nasabah BRI yang saat ini kurang lebih 15 juta account untuk masuk pada aktivitas tersebut. Dan dari sisi bisnis tentu untuk meningkatkan fee based income dari kegiatan tersebut. Terkati hal ini, untuk memitigasi risiko telah disusun kebijkan, penetapan limit risiko, penyusunan prosedur operasional dan penetapan alur monitoring dan pengendalian. Hal yang tidak kalah penting adalah risiko operasional harus kita dikelola dengan baik yang semuanya akan bersumber pada Sumber Daya Manusia (SDM). Tugas saya di Manajemen risiko adalah mengelola SDM dengan baik dalam artian memastikan mereka untuk sadar risiko. Mereka harus diberi pembekalan yang baik dan menempatkan manajer yang bagus serta sistem kontrol yang berjalan. SP