Perusahaan mana yang tidak ingin menjadi pilihan tempat bekerja dan menghasilkan karyawan yang memiliki kreativitas dan kinerja tinggi? Untuk menjadi sebuah perusahaan terpilih bukan hal mudah. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia (SDM) melalui employer branding dan engagement mutlak dilakukan.
Strategi itulah yang sudah diterapkan Irvandi Ferizal pada beberapa perusahaan yang pernah dipimpinnya. Kontribusinya dalam bidang HR telah membawa perusahaan-perusahaan seperti TNT Indonesia, Mondelez, Maybank Indonesia, memperoleh prestasi sebagai EOC (Employer of Choice) dan HR excellence.
Menurut Irvandi yang kini menjadi Direktur Human Capital Bank Maybank Indonesia ini, ada beberapa faktor yang mendorong EOC. Pertama, dimulai dengan pondasi yaitu membentuk kultur dan engagement. Seringkali perusahaan menganggap karyawan level bawah sudah mengetahui arah gerak perusahaan, padahal manajemen hanya melakukan sosialisasi visi dan misi sampai level manajer. Hal itulah yang perlu dibangun terlebih dahulu. Dalam hal ini perusahaan harus membangun komunikasi top down agar memiliki satu visi.
BERITA TERKAIT
“Jangan mengandalkan kebatinan dalam hal ini. Komunikasikan dengan baik kepada seluruh tim di perusahaan,” kata pria yang juga Psikolog Industri & Organisasi dari Universitas Padjajaran, Bandung ini. Penulis buku ‘Journey to be Employer of Choice’ ini menambahkan bahwa untuk menciptakan engagement, yang paling utama dilakukan adalah memanusiakan manusia dan melayani dengan hati.
Kedua, standardisasi kebijakan SDM. Perusahaan harus mengikuti normanorma yang diakui dan menjadi acuan dalam menjalankan fungsi human resource (HR). Ia membahasakan standarisasi sebagai ISO karena dianggap konsepnya sama persis antara keduanya. Ada dua jenis standardisasi HR global, yaitu IiP (Investors in People) dan SA 8000. Standardisasi ini nantinya menghasilkan sebuah sertifkat bagi perusahaan.
Ketiga, employer branding. “Branding is too important to be left to the marketing departement,” ujar dia saat berbincang dengan Stabilitas beberapa waktu lalu. Ia mencoba menjelaskan bagaimana kuncinya ialah melalukan branding secara dua arah secara internal dan eksternal.
Keempat, nilai kepemimpinan. Menurutnya banyak program HR yang bagus tetapi tidak diketahui oleh karyawan dan pihak eksternal. Oleh karena itu selain branding, harus didukung dengan leadership. Dia juga menuturkan perubahan akan terus terjadi, sangat penting bagi HR untuk mempersiapkan langkah tambahan yaitu future ready organization.
Menurut Ketua Perhimpunan Manajemen Sumber Daya Manusia (PMSM) Indonesia ini, dalam era VUCA (volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) sangat penting membangun learning agility. Yaitu kelincahan para karyawan dalam mempelajari hal-hal yang baru secara cepat.
“Konsep organisasi atau perusahaan siap masa depan sebagai kelanjutan dari EOC, akan menjadi peran HR tidak hanya sebagai business partner, tetapi lebih dari itu, mampu sebagai business player,” tutur Irvandi yang pernah mengikuti program Executive Human Resource Program dari Michigan Business School dan Executive Change Management Program dari INSEAD.
Meninggalkan Legacy
Pria kelahiran Padang, 20 Februari 1968 ini mengawali kariernya sebagai Training & Development di PT Kalbe Farma. Dia mengaku ketertarikannya terhadap dunia organisasi telah bermula jauh sebelum itu, yaitu sejak dia menyusun sebuah majalah sekolah berjudul Mentari. Majalah yang disusunnya ketika masih di bangku sekolah menengah pertama itulah yang kemudian membuatnya tertarik pada tata kelola sesuatu, sehingga mengarahkannya untuk aktif berorganisasi di sekolah.
Aktivitasnya berorganisasi kemudian dilanjutkannya ketika kuliah, dan tidak berhenti di sana, hingga dia masuk ke perusahaan pun seperti itu. “Bawaannya tidak bisa diam,” aku anak keempat pasangan mantan Walikota Pekanbaru (almarhum) Ibrahim Arsyad dan Aswari Adam, seorang wanita pertama di Riau yang dinobatkan sebagai guru besar.
Sampai saat ini, sudah lebih 25 tahun Irvandi berkarier di dunia HR. “Kerjakanlah apa yang kamu sukai” merupakan pegangan Irvandi untuk tetap bertahan di dunia HR. Sempat beberapa kali ditawari pekerjaan lain, namun Irvandi merasa tidak cocok meskipun ingin sekali mencoba.
“Saya tipikal orang yang selalu meninggalkan legacy,” ujarnya.
Ketika pindah perusahaan, dia selalu berusaha untuk meninggalkan sesuatu, yang bermanfaat tentu saja, pada perusahaannya. “Kalau saya meninggalkan perusahaan dengan meninggalkan sesuatu rasanya bangga,” tambahnya.
Selain itu tidak kalah penting harus professional. “Profesional itu artinya mengerjakan sesuatu dengan knowledge dan skill tapi juga harus memiliki etika. You can contribute, you can make value, you’ll be proud ,” ujar Irvandi.
Dia memberi contoh ketika masih di Kalbe. “Kita membuat training system mulai dari 0 sampai akhirnya sistemnya bisa baik. Jadi ketika saya keluar, ada yang saya tinggalkan.” Begitu halnya saat di TNT Indonesia. “Legacy yang saya tinggalkan lebih banyak,” aku mantan Country HR Director TNT Indonesia ini. Berawal dari membuat sejumlah sertifkasi yang bahkan tidak berhubungan dengan HR, sampai akhirnya membawa TNT Indonesia menjadi pemenang Employee Choice Award selama dua tahun berturut-turut dari sebuah majalah ekonomi terkemuka. Bahkan sampai satu minggu sebelum resign, Irvandi dan timnya masih mendapatkan penghargaan. Ketika di Nokia Siemens Network sebagai Head of Human Resource, Irvandi mulai bergerak di bidang CSR.
Menurutnya, CSR bukan hanya sekadar program flantrof, tetapi kegiatan ini juga bisa membuat karyawan terlibat dalam program tersebut. Setelah itu, Irvandi didapuk sebagai Human Capital Director pada berbagai perusahaan di entitas Mondelez Indonesia-Group (Kraft Food). Lalu, oleh RUPS pada 1 Desember 2015, Irvandi diangkat sebagai Direktur Human Capital PT Bank Maybank Indonesia, Tbk.