JAKARTA, Stabilitas — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) mengakui kesiapannya untuk menyalurkan pembiayaan untuk 570 ribu unit rumah sepanjang tahun ini. Untuk tahun depan, BTN mengaku siap memenuhi pembiayaan 800 ribu unit rumah.
Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan, untuk merealisasikan penyaluran 570 ribu rumah di tahu ini, manajemen BTN berencana melakukan penerbitan obligasi berkelanjutan Rp3 triliun. Penerbitan obligasi diperkirakan akan terealisasi pada semester II-2016.
“Kita memang ada rencana penerbitan obligasi, kurang lebih Rp3 triliun, untuk semester dua. Untuk pembiayaan KPR dan pengembang. Obligasi berkelanjutan. Tepatnya Juli kita akan melaksanakan obligasi,” tutur Maryono, ditemui dalam acara BTN Property Award 2016, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Senin (23/5) malam.
Dia memaparkan, hingga Mei ini, BTN telah menyalurkan sebanyak 97 ribu unit rumah. Nilai kredit yang telah tersalurkan untuk rumah tersebut mencapai Rp32 triliun. “Dan sebanyak 250 ribu unit rumah masih dalam proses pengembangan. Itu dalam proses pengembangan, dalam? satu tahun kita bisa mencapai 600 ribu unit rumah,” jelas Maryono.
Dia mengakui, dalam satu tahun penyaluran rumah pada kuartal pertama mengalami perlambatan. Namun, optimalisasi penyaluran akan terlihat di semester II. Dia menegaskan jika kondisi tersebut merupakan skema setiap tahun.
Maryono melanjutkan, BTN mempunyai kesiapan untuk membiayai 800 ribu unit rumah di 2017, serta diharapkan bisa menjadi pegangan para pengembang, bahwa dana sudah disiapkan untuk membiayai perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
“Kita melakukan kerja sama dalam membangun perumahan. Setidaknya ada 3-4 ribu pengem?bang kita membangun perumahan. Kita harapkan 800 ribu unit rumah bisa terbangun dengan baik oleh pengembang. Kita komitmen untuk mendukung program sejuta rumah. Bahkan, kami menginginkan mendapatkan peran yang lebih besar dalam program ini. Dan, ini sudah kami dapatkan,” tegas Maryono.
Ditambahkan Maryono, perseroan memproyeksikan permintaan ?rumah MBR di tahun ini lebih tinggi bila kejadian di 2016. Hal itu dipastikan bisa menjadi stimulus bagi para pelaku bisnis perumahan kelas menengah bawah. Stimulus itu, sambung Maryono, terlebih pemerintah banyak memberikan stimulus paket kebijakan ekonomi yang tujuannya mendorong pengembangan bisnis perumahan.
“Maka, industri properti berpeluang meningkat dan bawa multiplier effect ke sektor lainnya, yang akhirnya dorong pertumbuhan ekonomi,” tutup Maryono.