JAKARTA, Stabilitas — PT Bank Danamon Indonesia, Tbk. (Danamon) mengumumkan laporan keuangan tahun 2015, yang membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp2,4 triliun sampai dengan akhir tahun 2015.
“Di tahun 2015, kami mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan produktivitas yang telah menunjukkan hasilnya dan akan membantu kami dalam meningkatkan pendapatan Danamon di tahun 2016 dan seterusnya,” ujar Sng Seow Wah, Direktur Utama Danamon dalam siaran persnya, Jumat (4/3).
Seow Wah menambahkan ada banyak peluang bagi Danamon untuk tumbuh melalui jaringan distribusinya yang luas di Indonesia. Danamon fokus memperkuat aspek franchise, layanan nasabah dan sumber daya manusia untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain kunci di segmen perbankan komersial, usaha kecil dan menengah (UKM), ritel, dan mass market.
BERITA TERKAIT
“Tujuan inisiatif-inisiatif ini adalah untuk menyediakan layanan yang lebih baik bagi nasabah Danamon, sehingga produk dan layanan kami semakin andal dan mudah diakses,” lanjutnya.
Danamon mencatatkan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp 2,4 triliun di tahun 2015. Laba operasional sebelum pencadangan (Pre-Provision Operational Profit/PPOP) tumbuh 8% dibandingkan tahun 2014 menjadi Rp 8,4 triliun. Danamon mencatatkan rasio biaya terhadap pendapatan (Cost-to-income) membaik menjadi 51,7% di tahun 2015 dibandingkan dengan 55,7% setahun sebelumnya.
Biaya operasional (operating cost) turun 8% menjadi Rp 9 triliun di tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam hal peningkatan secara kuartalan, pertumbuhan pendapatan biaya (fee income) tercatat naik sebesar 12% di kuartal keempat 2015 dibandingkan kuartal sebelumnya.
Di tahun 2015, kredit untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) tumbuh 5% menjadi Rp 22,4 triliun dari Rp 21,3 triliun. Kredit syariah yang meliputi kredit untuk segmen UKM dan komersial, tumbuh 27% menjadi Rp 2,9 triliun dari Rp 2,3 triliun. Sementara kredit pada segmen perbankan korporasi dan komersial tercatat masing-masing sebesar Rp 17,7 triliun dan Rp 16 triliun.
Kredit kepada usaha mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) berada pada Rp 14,6 triliun atau turun 23% dari Rp 19,0 triliun di tahun 2014. Dengan demikian, kredit Danamon secara keseluruhan turun 7% menjadi Rp 129,4 triliun di tahun 2015 dari Rp 139,1 triliun pada tahun sebelumnya.
Di tahun 2015, giro dan tabungan (CASA) Danamon turun 15% menjadi Rp 49,8 triliun dari Rp 58,3 triliun di tahun sebelumnya. Sedangkan deposito naik 12% menjadi Rp 67,0 triliun. Di sisi lain, biaya pendanaan Danamon tercatat membaik seiring dengan meningkatnya momentum untuk mendapatkan dana murah berupa giro dan tabungan.
“Rasio kredit bermasalah (gross nonperforming loans) berada pada level 3,0%. Angka ini masih di bawah batas maksimum regulator yaitu 5%,” kata Vera, Chief Financial Officer dan Direktur Danamon. Beliau menambahkan bahwa Danamon senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas asetnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang ketat serta proses collection dan recovery kredit yang disiplin.
Rasio kredit terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) berada pada posisi 87,5%. LFR Danamon masih di bawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 94%. Rasio kecukupan modal Danamon (capital adequacy ratio/CAR) konsolidasi berada pada posisi 19,7%, sementara CAR standalone berada pada 20,8%.