Malang – Bank Mandiri terus menggejot penyaluran kredit mikro di seluruh wilayah di Tanah Air. Salah satunya melalui Kantor Regional VIII yang meliputi daerah-daerah di Jawa Timur. Untuk daerah ini, Bank Mandiri mengincar penyaluran kredit mikro Rp 1,5 triliun di sepanjang tahun ini. Angka itu setara dengan pertumbuhan 35% jika dibandingkan posisi akhir 2014 lalu.
“Per Juni, kami sudah salurkan Rp 800 miliar atau tumbuh 31%. Jadi, sisanya Rp 700 miliar kami kejar sampai akhir tahun nanti,” terang Sugeng Hariadi, Regional Ritel Head Kantor Wilayah VIII Bank Mandiri, di sela kunjungan ke GS4 Woodcraft, salah satu nasabah UKM binaan Bank Mandiri di Malang, Kamis (10/9).
Sugeng meyakini, target kredit mikro Bank Mandiri di Jatim bisa tercapai mengingat potensi pelaku usaha mikro yang mencapai 4,2 juta. Dari jumlah itu, lanjut Sugeng, yang sudah menjadi debitur Bank Mandiri mencapai 115 nasabah. Tak hanya itu, portofolio kredit mikro Bank Mandiri juga akan terdorong oleh rencana penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). “Tahun ini kami harap bisa menyalurkan KUR hingga Rp 400 miliar,” imbuh Sugeng.
Sementara Herinaldi, Mikro Banking Head Regional VIII Bank Mandiri menambahkan, pihaknya bakal mengandalkan 102 jaringan mikro untuk merealisasikan target tersebut. Selain itu, lanjut Herinaldi, Bank Mandiri juga masih mempertahankan skema linkage dengan BPR setempat untuk menjangkau debitur terpencil.
Tak sampai disitu, Herinaldi bilang, Bank Mandiri juga bakal memanfaatkan agen-agen Laku Pandai yang hingga saat ini suda berjumlah 814. “Kami harap bisa mencapai jumlah agen Laku Pandai hingga 1.000 di akhir tahun,” ujar Herinaldi.
Untuk tetap menjaga persaingan bisnis, Sugeng menuturkan, Bank Mandiri juga memberikan bunga yang kompetitif bagi para debiturnya. Saat ini, bunga kredit mikro Bank Mandiri berkisar 1%-1,5% per bulan dengan rata-rata pinjaman Rp 50-100 juta per nasabah.
Sementara, Sugeng mengaku, kualitas kredit mikro Bank Mandiri di Jatim juga masih cukup terjaga. “Saat ini level kredit macet di mikro berkisar 3,5%, ” kata Sugeng. Dia juga yakin, kualitas kredit mikro bisa tetap terjaga dengan beberapa upaya yang dilakukan Bank Mandiri. Beberapa strategi Bank Mandiri untuk menghindari potensi kredit macet antara lain, melakukan pelatihan bagi debitur, pro aktif mengunjungi usaha debitur, dan restrukturisasi baik dari sisi jangka waktu maupun skema cicilan.
Tak Khawatir
Pelaku usaha kecil dan mikro (UMKM) tak mengkhawatirkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Di tengah melambatnya perekonomian Indonesia, pelaku usaha tersebut tetap bisa menjalankan bisnisnya, bahkan mencatatkan kenaikan omzet.
Sebagaimana yang diungkapkan pemilik usaha kerajinan kayu GS4 Woodcraft Retno Hastuti, dia tak terlalu memikirkan gejolak nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar AS maupun perlambatan ekonomi global. Pasalnya, bahan baku maupun produksi maupun penjualan tak berkaitan dengan kegiatan ekspor impor.
“Pesanan terus datang, bahkan mengalami kenaikan. Beberapa yang menjadi pembeli kami adalah wedding organizer dari berbagai daerah. Untuk bahan baku juga mengambil dari Malang dan tidak impor,” ujarnya.
Dia menyebutkan, dalam kondisi seperti saat ini, dia tetap bisa mengantongi omzet setidaknya Rp 30 juta per bulan. Pasar domestik tetap menjanjikan dan permintaan selalu ada. “Dulu saya pernah melakukan impor. Tapi karena kurang berpengalaman, akhirnya saya menghentikannya. Saat itu saya menjual ke Singapura. Sekarang saya menjualnya di Indonesia. Pemasaran melalui pameran dan lewat online,” lanjut Retno.
Retno merupakan salah satu nasabah mikro Bank Mandiri. Dia mengawali usaha pada tahun 2002 dengan memperoleh bantuan pinjaman PKBL dari bank BUMN tersebut. Kini usaha yang telah dirintis sekitar 13 tahun silam ini menjadi penopang perekonomian keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.
Jumlah pekerja yang dilibatkan dalam usaha ini sebanyak 14 orang, yang terdiri dari keluarga sendiri maupun para tetangga.