Jakarta – Penetrasi asuransi terhadap penduduk Indonesia memang masih kecil, namun kesadaran akan pentingnya asuransi terus tumbuh. Bisa dilihat dari pertumbuhan tertanggung individu sebesar 13,8% menjadi 15,50 juta orang di akhir 2014, dibanding periode 2013 yang sebanyak 13,62 juta orang.
Nini Sumohandoyo, Kepala Departemen Komunikasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkapkan, pertumbuhan tertanggung individu menjadi gambaran bahwa masyarakat mulai sadar akan pentingnya asuransi.
“Secara total memang pertumbuhan tertanggung masih minus 39%, itu karena dampak asuransi kumpulan yang kontraknya hanya sebulan di awal 2014. Tetapi kalau asuransi travel ini dikeluarkan, total tertanggung tumbuh 12,2% di 2014,” pungkas Nini di Jakarta, Kamis (19/3).
Dia menambahkan, pertumbuhan tertangung individu sejalan dengan meningkatnya tenaga pemasaran atau agen berlisensi asuransi jiwa menjadi 414,595 orang di akhir 2014, atau tumbuh 16,2% dari 2013 yang sebanyak 356,731 orang.
Sementara Ketua Umum AAJI, Hendrisman Rahim mengungkapkan bahwa minat berasuransi masyarakat juga terlihat terus membaiknya pertumbuhan premi bisnis baru asuransi jiwa.
“Kalau premi bisnis baru di kuartal pertama (Q1) 2014 masih minus 15,5%, terus mengalami perbaikan yakni menjadi minus 9,6% di Q3, dan di Q4 terus tumbuh menjadi minus 2,4%,” urai Hendrisman.
Dia menjelaskan, ada dampak dari pemilu di tengah tahun 2014 membuat nasabah wait and see untuk beli produk baru. “Mereka beli premi bisnis baru dalam jumlah banyak, tetapi nilai uang sedikit. Porsi premi bisnis baru ke total premi itu 57,5%,” pungkas dia.
Namun demikian, pertumbuhan ini merupakan pertumbuhan total premi bisnis baru terbaik sepanjang tahun 2014 – dan apabila dibandingkan pertumbuhan pada kuartal ke-empat saja antara 2013 dan 2014, maka premi bisnis baru sebenarnya tumbuh cukup signifikan sebesar 20,7%.
Adapun total pendapatan industri asuransi jiwa di 2014 mencapai sebesar 33,3%. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan total pendapatan premi sebesar 6,7 % atau senilai lebih dari Rp. 121,62 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan total pendapatan premi tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang tahun 2014.
Hendrisman menjelaskan bahwa selain didorong pertumbuhan total pendapatan premi, pertumbuhan total pendapatan industri asuransi jiwa di tahun 2014 juga didukung adanya peningkatan hasil investasi yang tumbuh signifikan secara kumulatif sebesar 458,2 % menjadi senilai lebih dari Rp. 40,84 triliun di akhir tahun 2014.
Kenaikan hasil investasi tersebut didorong oleh kinerja pasar modal yang lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang 2014, pasar modal tumbuh sekitar 21 % dimana kinerja ini jauh lebih baik dibandingkan kinerja pasar modal di tahun 2013 yang turun sekitar -2,4 %. Hal inilah yang menyebabkan hasil investasi mencatatkan pertumbuhan yang tinggi.
“Kinerja hasil investasi yang lebih baik di tahun 2014 disebabkan oleh beberapa hal seperti kepercayaan investor asing dan domestik terhadap pasar modal Indonesia semakin meningkat seiring suksesnya penyelenggaraan Pemilu dan terpilihnya presiden baru yang dianggap ’market friendly’. Defisit neraca perdagangan Indonesia yang membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Juga jumlah investasi industri asuransi jiwa juga meningkat 26,8 % dibandingkan tahun 2013.”
Lebih lanjut lagi, Hendrisman menjelaskan bahwa peningkatan total pendapatan premi di tahun 2014, juga didukung oleh meningkatnya pemahaman nasabah akan pentingnya mempertahankan perlindungan jangka panjang yang diberikan asuransi jiwa, yang tercermin dari meningkatnya total premi lanjutan sebesar 22,2 % menjadi senilai Rp. 51,59 triliun.
Klaim
Sementara itu Togar Pasaribu, Plt Direktur Eksekutif AAJI mengatakan terjadi kenaikan pembayaran total klaim dan manfaat sebesar 4,2 % menjadi Rp 74,65 triliun pada tahun 2014.
Adapun kaim dan manfaat yang ditujukan bagi polis yang ditebus (surrender) masih merupakan kontributor terbesar dari total klaim, yaitu sebesar 45,2%. “Namun klaim polis yang ditebus ini turun hingga minus 12,5% dibandingkan tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa nasabah makin sadar akan pentingnya asuransi sebagai kebutuhan jangka panjang.”
Selain itu, klaim untuk penarikan sebagian (partial withdrawal) mengalami kenaikan sebesar 59,6 % atau senilai 17,47 triliun. Kenaikan ini cukup tinggi mengingat hingga kuartal ke-tiga 2014 jumlahnya hanya sekitar 13,28 triliun.
Togar menmbahkan, terkait klaim Air Asia, rata-rata adalah polis individu dari 21 perusahan dengan tertanggung 79 orang dan jumlah polis 163. Sementaa total nilai klaim mencapai Rp78,7 miliar
Menurut Hendrisman, dari total nilai klaim tersebut baru terbayar Rp6,6 miliar untuk 20 polis. “Itu karena berkas dokumen belum lengkap seperti status ahli waris, dokumen bank belum lengkap karena ada yang beli via bancassurance. Ada ahli waris yang belum mau dihubungi. Industri siap bayar, tahun ini juga,” tegas Hendrisman.