Jakarta – PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memproyeksikan penjualan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2012 sebesar Rp4 triliun. Jumlah itu mengalami peningkatan 14% bila dibandingkan 2011 Rp3,48 triliun.
Menurut Direktur Utama PT Kimia Farma Syamsul Arifin, pencapaian itu didukung pengembangan bisnis perusahaan ke depan, seperti membangun 'grand design' industri farmasi yang modern, efisien dan berbasis teknologi. Termasuk rencana akuisisi, melakukan kerjasama bisnis industri kimia dengan mitra bisnis yang punya kompetensi serta mengembangkan bisnis baru untuk menunjang bisnis perseroan baik yang berhubungan maupun yang sifatnya pemanfaatan sumber daya.
"Prioritas pengembangan bisnis perseroan selalu difokuskan pada industri, industri kimia, distribusi dan retail," katanya dalam Public Expose PT Kimia Farma di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (14/5).
BERITA TERKAIT
Untuk pengembangan industri farmasi, tambah Syamsul, perseroan berencana membentuk perusahaan patungan, yakni PT Kimia Farma Hospital. Dimana, pengajuan dokumen pendaftaran perusahaan baru dengan nama PT Kimia Farma Medika kepada Kementerian Hukum dan Ham. Bisnis perusahaan adalah rumah sakit yang menangani penyakit lever. "Hospital ini hanya dipakai sebagai brand saja. Ini bisnis baru di Jakarta," tuturnya.
Syamsul menjelaskan Indonesia berada dalam negara dengan pasar farmasi yang tumbuh 13-16% bersama dengan 17 negara lainnya, yakni China, Rusia, India, Afrika Selatan, Thailand, dan lainnya.
Selain dengan Vietnam, BUMN ini juga sedang menjajaki kerja sama dalam bidang apotek terutama dengan Singapura dan Malaysia. Dengan pasar obat generik PT Kimia Farma mencapai Rp3,5 triliun pada 2011. Obat generik bermerek menguasai pasar Indonesia Rp 33 triliun, dan obat originator Rp 5,4 triliun.
Adapun, PT Kimia Farma membukukan laba bersih sebesar Rp30,60 miliar pada triwulan I 2012 atau meningkat sekitar 27,4% jika dibandingkan pencapaian perseroan di periode yang sama 2011 Rp24,02 miliar.
Peningkatan laba bersih ditopang pendapatan perseroan triwulan I 2012 yang mencapai Rp709,84 miliar atau meningkat sekitar 11,9% bila dibandingkan pendapatan perseroan di periode yang sama 2011 yang tercatat sebanyak Rp634,39 miliar.
"Perseroan berhasil melakukan strategi-strategi yang mampu mendongkrak kinerja perseroan, seperti pembentukan joint venture company dengan Averroes, Malaysia dalam pengembangan bisnis apotek di Malaysia," paparnya.
Strategi lainya yang dilakukan oleh perseroan antara lain pembentukan joint venture company dengan Tianjin Pharmaceuticals (BUMN Farmasi dari Tiongkok) untuk pembangunan produksi steril, perbaikan portofolio produk, perbaikan distribution centre dan efisiensi biaya produksi.
Pada kesempatan yang sama Direktur Pemasaran PT Kimia Farma Agus Anwar mengungkapkan perseroan akan mengekspor produk obat-obatan ke beberapa negara, seperti Myanmar, Afganistan, Irak, serta Filipina.
Di sisi lain, perseroan juga membuka apotek di Kualalumpur dengan skema kerjasama pertukaran produk. Selain Kualalumpur, perseroan berniat menjajaki negara lain seperti Kamboja sebab jaringan apotek cukup maju. "Di Kuala Lumpur, permintaan apotek sangat besar. Jadi, nantinya akan dibuat semacam franchise. ," tuturnya.