JAKARTA, Stabilitas.id – Penabulu, sebuah organisasi Nirlababerfokus pada pengurangan dampak perubahan iklim, penguatan UMKM, dan pelestarian lingkungan hidup, melangsungkan soft-launching platform Penabulu Shop.
Peluncuran tersebut berlangsung di Mula by Galeria Jakarta, Cilandak Town Square, Jakarta, pada Selasa (17/12/24) dan dihadiri oleh Business Advisor untuk Yayasan Penabulu Budi Santosa, Pengamat Tren Komunikasi Keberlanjutan Elvera N. Makki, Musisi dan Public Figure Mytha Lestari, Artis Indah Permata Sari, dan Digital & Social Media Advisor Penabulu Shop Jeane Niode.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Santosa menyampaikan, Penabulu terinspirasi dari Oxfam, perusahaan nirlaba asal inggris yang menggerakan dan memfasilitasi kegiatan sosial di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ia juga mengharapkan Penabulu Shop dapat menjadi wadah untuk masyarakat yang memiliki minat dalam sustainable living, untuk berkumpul dan membentuk komunitas.
BERITA TERKAIT
“Terinspirasi dari Oxfam, penabulu bukan hanya thrift shop biasa, namun bisa membantu orang lain menggunakan barang-barang layak pakai dan guna yang sudah tidak terpakai, untuk didonasikan ke Penabulu Shop, Dengan cara ini, kita dapat bersama-sama membangun komunitas yang peduli terhadap lingkungan dan sosial,” ungkap Budi.
Selanjutnya, Elvera N. Makki menyampaikan, tren thrifting mulai menjamur sejak COVID-19, yang mana dampak terbesarnya ada di Gen-Z. Untuk itu, Ia menilai Gen-Z lebih memiliki kesadaran untuk Reuse-Upcycling-Revival, khususnya pada budaya thrifting.
”Pandemi telah mendorong kesadaran untuk hidup lebih sederhana dan berkelanjutan, khususnya Gen-Z yang masa mudanya diambil saat COVID-19. Untuk itu, lebih banyak orang sadar akan pentingnya menghargai hidup di masa COVID-19, termasuk mencari cara bagaimana agar kita dapat lebih lama hidup di bumi,” ungkap Elvera.
Selain itu, Public Figure seperti Mytha Lestari dan Indah Permatasari juga menilai platform Penabulu Shop ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sustainability. Penabulu shop juga bisa menjangkau daerah ke seluruh Indonesia.
“Budaya thrift ini sudah ada bahkan sampai ke daerah di Indonesia, seperti kota Bau-Bau. Baru-baru ini saja belanja baju thrift di pasar daerah Bau-Bau, dan peminatnya sudah banyak juga disana,” ungkap Indah.
Mytha menambahkan, “Saya melakukan thrift ini sudah sejak lama ya, di Pasar Gedebage Bandung, jadi sebenarnya budaya ini sudah ada sejak lama, tapi dulu namanya loak bukan thrifting. Adanya Penabulu Shop ini menarik banget karena bisa menggabungkan thrifting dan fundraising sekaligus,” jelas Mytha.
Menanggapi hal tersebut, Jeane Niode mengungkapkan, “Adanya pandemi COVID-19 itu, membuat budaya thrifting online juga meningkat dan tidak kalah massive daripada thrifting offline. Bahkan setelah pandemi itu, banyak toko-toko preloved yang buka juga di daerah-daerah Jakarta,” jelasnya.
Menutup diskusi tersebut, Budiman Sudjatmiko menyampaikan, rencana pemerintah terkait pengentasan kemiskinan dan bagaimana yayasan Penabulu dapat ikut andil bagian dalam mewujudkannya.
“Saat ini, target pemerintah Presiden Prabowo mengentaskan kemiskinan ekstrem yang saat ini masih 0,8% menjadi 0% di 2026. Selain itu, kemiskinan struktural juga akan diturunkan dari yang saat ini 9%, ke 5% di 2026. Jadi disini, Penabulu bisa menjadi catalyst untuk mewujudkan program ini nantinya,” tutup Budiman.***