JAKARTA, Stabilitas.id – Kementerian Perindustrian fokus untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri tekstil dan otomotif. Apalagi, kedua sektor manufaktur tersebut masuk dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, yang mendapat prioritas pengembangan agar bisa lebih inovatif dan berdaya saing global.
“Salah satu upaya yang kami jalankan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Masrokhan pada pembukaan Diklat 3in1 Operator Sewing Junior dan Perawatan Berkala Sepeda Motor di Balai Diklat Industri (BDI) Jakarta, Selasa (6/2).
Kepala BPSDMI menjelaskan, langkah strategis yang telah ditempuh Kemenperin dalam mencetak SDM unggul di bidang industri, yakni melalui pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi atau disebut Diklat 3in1. Para peserta ini akan mendapatkan pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja.
“Indonesia sedang memiliki peluang yang menjanjikan karena adanya bonus demografi, dengan jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan dengan usia non-produktif. Hal ini berarti terdapat banyak tenaga kerja muda yang potensial untuk dioptimalkan,” paparnya.
Masrokhan mengemukakan, di sektor otomotif, Indonesia merupakan salah satu pasar terbesar di dunia dengan jumlah pengguna sepeda motor yang mencapai lebih dari 125 juta unit. “Kebutuhan akan servis dan perawatan sepeda motor pun semakin meningkat. Ini membuka peluang besar bagi para pemuda untuk menjadi teknisi servis sepeda motor yang andal dan professional,” ungkapnya.
Sementara itu, industri tekstil juga menjadi sektor padat karya yang berorientasi ekspor. Hal ini yang membuat industri tekstil berperan penting sebagai penopang ekonomi nasional. “Diklat Operator Sewing dan Servis Sepeda Motor ini merupakan salah satu upaya untuk membekali generasi muda kita dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjadi agen perubahan dan pembangunan bangsa, khususnya di sektor industri,” imbuhnya.
Masrokhan optimistis, dengan dedikasi dan kerja keras para peserta, serta bimbingan dari instruktur yang andal, Diklat 3in1 ini akan mencapai tujuannya yang diharapkan. “Para peserta akan menjadi operator sewing dan teknisi servis sepeda motor yang kompeten, siap bersaing di dunia kerja, dan mampu berkontribusi bagi kemajuan perekonomian daerah dan nasional,” tuturnya.
Masrokhan juga berharap, para peserta yang telah menyelesaikan program ini dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh di dunia kerja. “Selain itu kami mengajak seluruh industri dan stakeholder terkait untuk terus mendukung inisiatif ini, agar kita dapat bersama-sama menciptakan SDM industri yang unggul dan mampu bersaing di pasar global,” tandasnya.
Kepala BDI Jakarta Ali Khomaini menyampaikan, sebanyak 130 peserta mengikuti kedua pelatihan vokasi tersebut. Mereka terdiri dari 100 peserta yang mengikuti Diklat 3in1 Operator Sewing Junior, dan 30 peserta mengikuti Diklat 3in1 Perawatan Berkala Sepeda Motor.
“Tujuan dari kegiatan ini adalah peserta mampu menguasai keahlian dan kompeten dalam bidang industri garmen dan perbengkelan sepeda motor,” ujarnya. Jumlah peserta Diklat sebanyak 130 peserta ini, terdiri dari 80 laki-laki dan 50 perempuan yang berasal dari berbagai daerah seperti Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya dan Depok.
Adapun para tenaga pengajar yang mendukung kelancaran penyelenggaraan Diklat tersebut berasal dari Widyaiswara, praktisi, asosiasi dan tim pengajar yang berpengalaman di bidang pendidikan dan pelatihan vokasi. “Jumlah hari untuk Diklat 3in1 Perawatan Berkala Sepeda Motor adalah 14 hari, dan Diklat 3in1 Operator Sewing adalah 12 hari,” sebut Ali.
Pada kesempatan yang sama, Manager HR CV. Bakrin Jaya Majalaya, Rian Hasan memberikan apresiasi kepada Kemenperin yang telah menginisiasi program Diklat 3in1 untuk mencetak SDM industri yang kompeten. “Pelatihan tenaga kerja yang dilaksankan di BDI Jakarta ini diharapkan mampu memberikan solusi bagi industri garmen untuk mendapatkan tenaga kerja yang terampil dan siap kerja,” ungkapnya.
Terlebih lagi, industri garmen masih membutuhkan tenaga kerja terampil yang cukup banyak. Kondisi ini juga karena menjelang Idul Fitri, yang umumnya permintaan produk busana mengalami peningkatan. “Sehingga di level industri sedang dan besar saat ini sedang mengalami krisis tenaga kerja terampil yang siap kerja guna meningkatkan produktivitasnya,” ujar Rian.
Ia menyebutkan, tercatat di wilayah Jawa Barat saat ini masih membutuhkan sekitar 4.000 tenaga kerja terampil di posisi Operator Sewing dalam memenuhi kebutuhan di industri garmen. “Oleh karena itu, kami berharap kepada BDI Jakarta agar bisa kontinyu melaksanakan Diklat 3in1 ini agar dapat menghasilkan lulusan lulusan yang terampil dan siap kerja,” terangnya.***