JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Rakyat Indonesia (BRI) terus membuktikan bahwa digitalisasi bukanlah ancaman bagi pekerja. Direktur Utama BRI, Sunarso, menegaskan bahwa upaya digitalisasi yang dilakukan oleh bank ini justru meningkatkan produktivitas tanpa mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Digitalisasi adalah cara BRI untuk mengefisienkan kerja dengan cara meningkatkan produktivitas pekerja, maka kami pastikan digitalisasi tidak harus menyebabkan PHK, karena justru produktivitas pekerjaanya yang ditingkatkan dengan tambahan alat/tools,” ungkap Sunarso Kamis, (25/01/24), dalam Live Conference World Economic Forum 2024 di Davos.
BRI tetap menjalankan strategi “hybrid bank” yang menggabungkan layanan fisik dan digital. Ini memungkinkan bank menjangkau masyarakat Indonesia dengan berbagai karakteristik. Meskipun mengadopsi digitalisasi dalam proses bisnis internal, BRI tetap mempertahankan layanan fisik yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
BERITA TERKAIT
Strategi digital BRI terlihat melalui implementasi BRISPOT, yang berhasil memangkas waktu pemrosesan kredit dari 2 minggu menjadi hanya 1 hari. BRI juga meluncurkan BRIAPI, platform layanan perbankan melalui API, yang telah melayani ratusan mitra. Produk-produk digital ini memberikan kemudahan akses bagi nasabah dalam mengelola keuangan.
Sunarso menjelaskan keberhasilan BRIBRAIN, “pusat otak digital” BRI, yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan analitik. Dengan sistem rekomendasi AI, BRI dapat meningkatkan tingkat konversi hingga 60% dan kualitas akuisisi debitur sebesar 49%.
“Strategi jangka panjang BRI tetap akan menerapkan strategi hybrid, menggunakan otak mesin untuk tugas rumit dan berulang, tetapi keputusan akhir tetap harus manusia,” tambah Sunarso.
Dengan pendekatan ini, BRI menunjukkan bahwa digitalisasi bukan hanya memberikan efisiensi, tetapi juga menjaga kesejahteraan pekerja dan tetap memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah.
Penulis : Syahrani