JAKARTA, Stabilitas.id – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa realisasi pembiayaan APBN tahun 2023 mengalami penurunan signifikan sebesar 41,5%. Dengan penerimaan negara yang meningkat dan optimalisasi belanja negara, pembiayaan APBN tahun 2023 tetap aman, mendukung kesinambungan fiskal, dan konsolidasi fiskal dengan bauran pembiayaan utang dan non utang yang optimal.
“Pembiayaan utang tadinya direncanakan Rp696,3 triliun (target APBN 2023), di dalam Perpres 75/2023 kita revisi ke bawah ke Rp421,2 triliun, realisasinya Rp407 triliun,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN 2023 di Jakarta.
Realisasi pembiayaan utang yang mencapai Rp407 triliun ini menunjukkan penurunan drastis dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai Rp696 triliun. Hal ini mencerminkan upaya pemerintah dalam menjaga efisiensi biaya utang.
BERITA TERKAIT
“Pembiayaan turun drop 41,5%. Ini berarti kita hanya merealisir 58,4% dari APBN awal atau 96,6% dari Perpres 75,” tambah Menkeu.
Dari total realisasi pembiayaan utang, sebesar Rp308,7 triliun berasal dari Surat Berharga Negara (SBN) Neto, sedangkan Rp98,2 triliun berasal dari pinjaman. Pemerintah juga melanjutkan pembiayaan investasi sebesar Rp90,1 triliun melalui penyertaan modal negara kepada BUMN dan investasi kepada BLU, sebagai langkah untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM.
Meskipun terjadi kontraksi signifikan dalam penerbitan SBN neto, Menkeu Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari strategi untuk menjaga konsolidasi fiskal dan memberikan dukungan yang efisien terhadap berbagai sektor pembangunan.
Berita ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal sambil mendukung pembangunan nasional melalui kebijakan pembiayaan yang lebih efisien dan optimal.
Penulis: Syahrani