JAKARTA, Stabilitas.id – Pemerintah berupaya menjaga stabilitas pasokan pangan untuk mengendalikan inflasi. Hal tersebut dilakukan untuk merespon inflasi di bulan Oktober yang tercatat sebesar 2,56% (year on year/yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 2,28% (yoy).
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu, dalam keterangan resminya, pada Rabu (1/11/23).
“Sebagai respons cepat dalam mengendalikan harga pangan, pemerintah berupaya memitigasi dampak El Nino melalui upaya stabilisasi pasokan terutama komoditas strategis, seperti beras, guna menjaga kecukupan pasokan dalam negeri,” ungkap Febrio.
BERITA TERKAIT
Kondisi tersebut didorong oleh naiknya inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food.
“Di tengah musim kemarau yang panjang akibat dampak El Nino, produksi pangan secara umum menurun sehingga beberapa komoditas mengalami peningkatan harga seperti beras dan aneka cabai,” ungkap Febrio.
Kebijakan operasi pasar, gelar pangan murah, dan intervensi harga terus konsisten dilakukan agar ekspektasi inflasi dapat terjaga. Di sisi lain, inflasi harga diatur pemerintah atau administered price juga tercatat naik tipis menjadi 2,12% (yoy) dari angka 1,99% (yoy) seiring dengan harga minyak mentah yang masih tinggi.
Febrio mengungkapkan, APBN akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber, terutama di tengah tekanan yang disebabkan fenomena El Nino saat ini.
“Pemerintah memberikan tambahan perlindungan sosial, antara lain dengan menambahkan bantuan beras hingga akhir tahun 2023 dan menggulirkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) El Nino untuk bulan November-Desember guna menjaga daya beli kelompok miskin dan rentan,” kata Febrio.
Langkah tersebut diambil untuk menjaga stabilitas ekonomi, mendukung pemulihan, dan melindungi masyarakat Indonesia dari perubahan global yang masih penuh ketidakpastian.***