JAKARTA, Stabilitas.id – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama Institut Francais d’Indonesie (IFI) dan Pintu Inkubator menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding/MoU) terkait pengembangan produk, promosi, dan perluasan pasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang fesyen.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Hanung Harimba Rachman bersama Director of Institut Francais d’Indonesie (IFI) Charlotte Esnou dan Inisiator Pintu Inkubator Theresia Mareta di Kantor Kedutaan Besar Prancis, Jakarta, pada Selasa (25/7/23).
Dalam acara itu hadir Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN Fabien Penone, untuk menyaksikan penandatangan kesepakatan tersebut.
BERITA TERKAIT
MenKopUKM berharap nota kesepahaman ini bisa membuka peluang kerja sama dengan Kedutaan Besar Prancis untuk mendukung pengembangan fesyen di Indonesia yang diakui dunia.
“Saya juga berharap, Pintu Incubator dapat membantu mengangkat brand lokal dengan memberikan kesempatan yang lebih besar lagi bagi UMKM fesyen lokal untuk perluasan pasar dan penguatan branding mereka,” ungkapnya.
Pemerintah sedang mempromosikan Indonesia sebagai pusat modest fesyen dunia, antara lain melalui program Indonesia International Modest Fashion Festival (IN2MOTION FEST). MoU yang ditandatangani hari ini diharapkan juga membuka pintu dukungan para disainer Prancis untuk program IN2MOTION FEST.
“Semoga kerja sama ini dapat mencapai hasil yang diharapkan dan mendorong percepatan pengembangan UMKM sektor fesyen,” ungkap Teten.
MoU tersebut berlaku dalam jangka waktu tiga tahun terhitung sejak hari dan tanggal penandatanganan dan dapat diperpanjang atau diperbaharui sesuai kesepakatan pihak terkait.
Selain itu, Inisiator Pintu Incubator, Thresia Mareta menjelaskan, saat ini terdapat lebih dari 500 brand lokal yang telah melakukan registrasi untuk mengikuti program Pintu Incubator 2023. Setelah melalui proses kurasi, terpilih sebanyak 12 brand yang akan mengikuti proses inkubasi selanjutnya.
“Para desainer Indonesia butuh banyak masukan terkait ekosistem pasar global. Mulai dari produk standar internasional, hingga seperti apa sosok industri dan bisnisnya,” ungkapnya.
Dengan adanya MoU yang disepakati tersebut, Thresia meyakini akan memiliki kesempatan bekerja sama dengan ekosistem fesyen global, yang lebih profesional serta menjadi bagian dari ekosistem industri fesyen global.***