JAKARTA, Stabilitas.id – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi IHK Maret 2023 tercatat 0,18% (mtm), tidak berbeda jauh dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 0,16% (mtm). Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK secara tahunan turun menjadi 4,97% (yoy) dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,47% (yoy).
Perkembangan ini tidak terlepas dari respons kebijakan moneter Bank Indonesia serta sinergi erat pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan mitra strategis lainnya dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Bank Indonesia meyakini, ke depannya inflasi inti tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3,0±1% mulai September 2023 setelah berakhirnya base effect penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi tahun lalu.
BERITA TERKAIT
Lebih lanjut, Inflasi IHK pada Maret 2023 dipengaruhi oleh kenaikan inflasi inti yang tercatat sebesar 0,16% (mtm), sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,13% (mtm).
Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan yang bersifat gradual di tengah tekanan harga komoditas global yang menurun. Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah komoditas kontrak rumah, upah asisten rumah tangga, dan emas perhiasan.
Selain itu, Inflasi kelompok volatile foods tetap terkendali dengan mencatat inflasi sebesar 0,29% (mtm), dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,28% (mtm). Perkembangan tersebut terutama disumbang oleh deflasi komoditas cabai merah dan bawang merah.
Kelompok volatile foods secara tahunan mengalami inflasi 5,83% (yoy), turun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 7,62% (yoy). Komoditas beras, cabai rawit, dan bawang putih menyumbang inflasi.
Inflasi kelompok administered prices tercatat lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 0,14% (mtm), menjadi 0,12% (mtm). Inflasi bulanan yang lebih rendah terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif Perusahaan Air Minum (PAM) di daerah.
Penurunan inflasi kelompok administered prices lebih lanjut tertahan oleh inflasi angkutan udara, bensin, dan aneka rokok seiring dengan peningkatan mobilitas udara, penyesuaian harga bensin nonsubsidi, dan kenaikan tarif cukai tembakau.***