JAKARTA, Stabilitas.id – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat seiring prediksi bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) tak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga dalam pertemuan mendatang.
Rupiah pagi ini menguat 48 poin atau 0,31 persen ke posisi Rp15.200 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.248 per dolar AS.
“The Fed diperkirakan tidak akan bersikap agresif seperti pada tiga pertemuan terakhir untuk kebijakan moneter di bulan Oktober ini,” tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Rabu.
Setelah mencatat kenaikan sebesar 75 basis poin (bps) pada masing-masing pertemuan Juni, Juli, dan September kemarin, tingkat suku bunga acuan AS telah mencatat level 3,5 persen. Langkah itu merupakan upaya The Fed untuk menekan inflasi yang masih tinggi di AS.
Tetapi pada pekan lalu, beberapa pejabat The Fed mulai memberikan masukan-masukan yang menunjukkan sikap hati-hati terkait kenaikan suku bunga yang terlalu cepat.
Naiknya tingkat suku bunga secara besar-besaran dari bank sentral AS dikhawatirkan akan menyebabkan goyahnya struktur ekonomi yang saat ini sedang tertekan oleh inflasi yang sangat tinggi.
The Fed juga diperkirakan hanya akan mencapai target suku bunga 4,6 persen pada 2023 mendatang dan mungkin akan bertahan di level tersebut.
Sedangkan rentang yang tidak terlalu besar dengan tingkat suku bunga saat ini, juga menjadi pertimbangan The Fed membatasi kenaikan suku bunga hingga akhir 2022 dan menyebabkan turunnya minat pasar terhadap dolar AS.
Untuk malam ini, laporan ADP Non-Farm Employment Change AS, Trade Balance AS, dan ISM Services PMI AS, berpeluang menjadi penggerak dolar AS, dengan fokus utama pekan ini pada laporan NFP AS pada Jumat (7/9)
Pada Selasa (4/10) lalu, rupiah ditutup menguat 55 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp15.248 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.303 per dolar AS.***/ant