JAKARTA, Stabilitas.id – LPPI dan Indonesia Banking School (IBS) terus memperkuat kolaborasi dalam meningkatkan kontribusi terhadap penciptaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia di sektor keuangan maupun non keuangan.
Sebagaimana misi pembentukan kedua lembaga yang berada di bawah naungan YPPI (Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia) ini yakni penciptaan sumber daya manusia yang tangguh dan berdaya saing global, yakni profesional, berintegritas, dan kompeten.
Untuk itu, pada hari Kamis, 8 September 2022, LPPI menandatangani pembaharuan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan IBS. Kerjasama ini merupakan pembaharuan atas MoU atas perjanjian kerjasama yang dilakukan pada tahun 2014 dan telah berakhir pada tahun 2019.
BERITA TERKAIT
Penandatanganan dilakukan oleh Edy Setiadi selaku Direktur Utama LPPI dan Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono selaku Ketua IBS, bertempat di Kampus LPPI, Jakarta.
Hadir menyaksikan pembaharuan MoU tersebut antara lain Ketua Pengurus YPPI, Bapak Rizal A. Djafaara. Hadir pula dalam seremoni tersebut, pengurus YPPI, jajaran Direksi LPPI dan IBS, serta para Kepala Divisi dari kedua lembaga.
Dalam sambutannya, Dirut LPPI Edy Setiadi mengatakan bahwa selama ini kolaborasi secara informal antara LPPI dan IBS telah berjalan dalam mendukung berbagai kegiatan di lingkungan masing-masing lembaga. Namun untuk sebuah kolaborasi yang lebih optimal, maka kerjasama yang sudah berjalan baik itu dibalut dalam sebuah dokumen perjanjian yang lebih strategis antara LPPI dan IBS dalam mencapai tujuan pengembangan dan penciptaan SDM yang optimal.
“Kolaborasi antara unit-unit di bawah yayasan (YPPI) bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi SDM di sektor keuangan dan non keuangan. Tentunya akan diikuti dengan kerjasama yang akan dilakukan ke depan dengan ruang lingkup pelatihan, asesmen, lalu terkait dengan perguruan tinggi seperti program mengajar, dan juga dapat dieksplore apa saja yang bias dilakukan,” ungkap Edy.
Dia berharap, kolaborasi ini akan meningkatkan komunikasi yang lebih baik lagi, baik di antara LPPI dan IBS, dan juga komunikasi dengan stakeholder masing-masing. “Harapannya produktifitas akan meningkat. Kita akan secara Bersama-sama mempelajari potensi-potensi yang bisa dikembangkan ke depan,” papar Edy.
Sejalan dengan itu, Edy juga berharap dengan adanya kerjasama ini semua pegawai kedua lembaga akan semakin meningkatkan level engagement-nya. “Karena sangat penting bagaimana kita meningkatkan awareness selaku lembaga pendidikan. Kontribusi kita sangat diperlukan. Ada satu strategi yang harus kita bangun secara pentahelix. Ada ekspektasi yang unggul dan bisa kita bangun, ada media Stabilitas yang bisa kita optimalkan ke depan sebagai corong publikasi dan sosialisasi juga,” pungkas Edy.
Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono selaku Ketua IBS sangat menyambut baik kerjasama ini. Mengingat LPPI adalah lembaga pendidikan yang telah memiliki jam terbang tinggi dalam ekosistem perbankan dan keuangan lainnya, dengan fokus pada pengembangan SDM.
“Sangat baik kalau kita berkordinasi dan berkolaboraai. Banyak hal yang dimiliki LPPI yang bisa dikerjasamakan yang membawa output dan outcome yang baik. Tidak hanya sekedar riset dan pelatihan, bisa ditingkatkan dengan potensi yang lain,” ungkap mantan ADK OJK periode pertama yang menggawangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen ini.
Dr. Kusumaningtuti mengakui bahwa saat ini adalah masa yang sulit akibat pandemi dan juga konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi.
“Tantangan yang kita hadapi masih kompleks. Situasi global masih belum pulih. Tetapi kita punya amanah yang mulia. Misalnya menghasikan SDM perbankan yang profesional, berintegritas dan kompeten,” jelasnya.
Dia menambahkan bahwa sebagai lembaga pendidikan, baik LPPI dan IBS sangat diperlukan saat ini dalam mengasilkan SDM yang unggul, sehingga selaras dengan program kerja Kabinet Indonesia Maju, yakni Prioritas melahirkan SDM unggul dalam rangka menyambut indonesia emas tahun 2045.
“Ini tantangan kita. Memang hal ini membuat sangat kompleks dan sangat lelah. Kita sudah berusaha, tetpi masih jauh dari target. Tetapi kita masih kuat dan semangat, karena yang kita buat demi kepentingan nasional,” pungkas Dr. Kusumaningtuti.
Ketua Pengurus YPPI, Rizal A. Djafaara juga mengapresiasi diperbaharuinya MoU antara dua lembaga pendidikan di bawah pengawasannya itu. Namun mengingat tingginya tuntutan dan ekspektasi, Rizal berharap MoU tersebut segera direalisasikan dengan berbagai macam kolaborasi program-program strategis.
“Kita harus mengingat hubungan informal yang sudah dibangun selama ini, sehingga kolaborasi dan sinergi akan menawa LPPI dan IBS ke level yang lebih tinggi,” katanya.
Selain itu, Rizal mengingatkan bahwa LPPI dan IBS harus bisa secara konsisten berkontribusi bagi peningakatan SDM di indonesia. Tidak lagi fokus pada sektor keuangan saja, tetapi harus menyasar sector-sektor yang lain.
“Ini semangat yang besar. Mudah-mudahan sinergi ini bisa segera diikuti dengan program strategis yang mendukung. Semoga kita bergerak cepat,” tutup Rizal. ***