JAKARTA, Stabilitas.id – Kementerian Kesehatan RI memimpin pertemuan Health Working Group kedua di Lombok, pada 6-8 Juni 2022. Dalam pertemuan tersebut, Kemenkes merancang ketahanan sistem kesehatan global yang berfokus pada tiga hal utama, yaitu mobilisasi sumber daya keuangan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
“kita mau memformalkan pembentukan dana persiapan pandemi. Jadi kalau ada pandemi lagi ke depannya harus ada cadangan dananya,” ungkap Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, pada Senin (6/6/22).
Menkes Budi mengatakan, setelah dananya sudah ada, pihaknya harus mencari cara bagaimana dana itu bisa digunakan untuk mengakses obat-obatan, vaksin, dan alat tes pandemi.
Fokus kedua dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global adalah mobilisasi sumber daya kesehatan esensial untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
“Harus dibangun struktur dan mekanisme untuk memobilisasi sumber daya secara cepat dan adil sehingga tindakan medis darurat dapat diakses oleh semua negara saat krisis kesehatan terjadi, baik saat ini maupun jika terjadi ancaman kesehatan lain di masa mendatang,” ungkapnya.
Usulan ini telah didukung sepenuhnya oleh negara-negara seperti Italia, China, Argentina, Korea dan European Union. Negara seperti Amerika Serikat, India, Perancis dan Afrika Selatan juga mendukung dengan sejumlah rekomendasi seperti mekanisme pembiayaan yang lebih detail dan penekanan pada pentingnya keadilan akses pada tindakan medis esensial.
Access to COVID-19 Tools (ACT) Accelerator, yang diluncurkan pada April 2020 oleh WHO dan para partner, menjadi wadah kolaborasi global yang inovatif.
Ketiga, optimalisasi pengawasan genomik dan penguatan mekanisme berbagi data terpercaya untuk memberikan insentif bagi kesehatan masyarakat global yang kuat.
Dengan menggunakan platform berbagi data universal (model GISAID+) memungkinkan semua negara G20 untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dan data, tidak hanya untuk pandemi saat ini, tetapi juga pada patogen global lainnya yang memiliki potensi pandemi di masa depan.
Diharapkan seluruh negara anggota G20 dapat menyetujui untuk mengakui penggunaan GISAID sebagai platform universal.
Sehingga jika terjadi pandemi selanjutnya di negara lain, sudah ada mekanisme yang digunakan untuk melaporkan data genom sequence dari patogen yang diberikan dari negara tersebut. Genome itu bisa berupa virus, bakteri, parasite.***