JAKARTA, Stabilitas.id – KemenKopUKM menerima audiensi dari Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Fortasbi), yang terlaksana di Kantor KemenKopUKM, Jakarta, pada Selasa (24/5/22).
Dalam kesempatan ini, Senior Advisor Fortasbi Rukaiyah Rafik memastikan, koperasi yang tergabung dalam asosiasinya merupakan koperasi yang telah memiliki standar internasional. Yaitu berupa sertifikasi RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil), sehingga bisa dipastikan standar dan kualitas minyak makan sawit ini berkualitas tinggi.
“Pembangunan pabrik ini menjadi kabar baik bagi petani sawit swadaya di Indonesia dengan harga sawit yang tidak stabil. Mengingat sebelumnya terjadi penurunan ekspor yang sangat besar akibat larangan ekspor CPO,” ungkap Rukaiyah.
Diharapkan, ke depannya petani tidak hanya memproduksi TBS saja, tapi juga bisa berdagang melalui koperasi.
“Kami juga membutuhkan dukungan MenKopUKM, sehingga petani swadaya berpikir dengan kelembagaan, koperasi merupakan jalan terbaik, dalam membangun posisi tawar di pemerintah maupun pihak lain,” ungkapnya.
Salah satu koperasi yang telah menyatakan kesiapannya membangun pabrik minyak sawit merah ini adalah Ketua KUD (Koperasi Unit Desa) Tani Subur, Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah Sutiyana. Ia mengatakan bahwa pembentukan koperasi sekunder ini dalam hal pasokan bahan baku sudah sangat siap.
“Lahan kami ada sekitar 7.300 hektare. Kami sangat siap memproduksi 30 ton per jam. Saat ini kami sudah menentukan lokasi pendirian pabrik itu sendiri. Insya Allah kami menjadi koperasi yang pertama di Indonesia yang punya pabrik minyak sawit di Indonesia,” kata Sutiyana.
Dari sisi investasi, Sutiyana menyebut akan mendapat bantuan dari BPDPKS sekitar Rp120 miliar per pabrik. Ia menyatakan, jika ada kekurangan akan ditambah dari pinjaman dana bergulir LPDB.
“Dan kami siap mengembalikan dana bergulir yang diberikan,” katanya.***