JAKARTA, Stabilitas.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita di Aula Djuanda Kementerian Keuangan, Senin (23/5/22) mengatakan bahwa dalam tiga tahun berturut-turut, anggaran perlindungan sosial (perlinsos) mengalami lonjakan yang tinggi.
Dalam hal ini, APBN melaksanakan fungsinya sebagai shock absorber untuk melindungi masyarakat dan mendukung pemulihan ekonomi dengan tetap menjaga kesinambungan fiscal.
“Kita lihat bantuan sosial (bansos) kita itu adalah sebagai shock absorber,” ungkap Menkeu.
BERITA TERKAIT
Realisasi anggaran perlinsos hingga 30 April 2022 sebesar Rp129 triliun dipengaruhi oleh percepatan penyaluran bansos di April, penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan peningkatan realisasi subsidi BBM dan LPG, serta peningkatan realisasi BLT Desa. Menkeu mengatakan realisasi ini merupakan kombinasi dari bansos reguler dengan bansos yang berhubungan dengan pemulihan ekonomi.
“Jadi kita lihat ini belanja bansos itu adalah bantalan yang luar biasa pada saat ekonomi diguncang terus dari mulai pandemi, pemulihan, dan sekarang adanya guncangan dari sisi harga-harga barang,” jelas Menkeu.
Melalui kinerja Belanja Kementrian/Lembaga (K/L), anggaran perlinsos dimanfaatkan untuk Kementerian Sosial melalui penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) Tahap II kepada 10 juta keluarga, bantuan Kartu Sembako untuk 18,8 juta keluarga, dan BLT kepada 19,3 juta keluarga. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menyalurkan bantuan iuran Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) kepada rata-rata 84,9 juta jiwa.
Sementara itu, dari sisi kinerja lembaga non-K/L meningkat dimanfaatkan untuk realisasi subsidi LPG dan subsidi Bungan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sedangkan, anggaran perlinsos melalui kinerja Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa meningkat dimanfaatkan untuk penyaluran BLT Desa kepada 6,1 juta keluarga.
“Jadi kita lihat perlinsos melalui APBN kita akan memberikan perlindungan sosial yang sangat tinggi, terutama pada masa-masa pemulihan ekonomi di kuartal satu sampai dengan bulan April pada saat kita merasakan guncangan yang makin tinggi,” ungkap Menkeu.***