JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
Perkembangan Nilai Tukar 4 – 8 April 2022
- Pada akhir hari Kamis, 7 April 2022
- Rupiah ditutup menguat di level (bid) Rp14.358 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik di 6,77%.
- DXY[1] menguat ke level 99,75.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 2,658%.
- Pada pagi hari Jumat, 8 April 2022
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.355 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun naik ke level 6,79%.
Aliran Modal Asing (Minggu I April 2022)
BERITA TERKAIT
- Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 87,20 bps per 7 April 2022 dari 83,84 bps per 1 April 2022, seiring risk off di pasar keuangan global.
- Berdasarkan data transaksi 4-7 April 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp1,95 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp0,83 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,78 triliun.
- Berdasarkan data setelmen s.d 7 April 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp34,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp34,46 triliun di pasar saham.
Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I April 2022, perkembangan inflasi sampai dengan minggu pertama April 2022 diperkirakan sebesar 0,68% (mtm). Secara tahun kalender sebesar 1,89% (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,20% (yoy).
- Komoditas utama penyumbang inflasi April 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu minyak goreng (0,24%, mtm), bensin (0,18%, mtm), daging ayam ras (0,08%, mtm), bahan bakar rumah tangga (0,04%, mtm), cabai merah dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,03% (mtm), sabun detergen bubuk/cair (0,02%, mtm), daging sapi, bawang putih, tempe, jeruk, bayam, kangkung, ayam goreng, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu tomat (-0,02%, mtm) dan angkutan udara (-0,01%, mtm).
Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat, serta terus mengoptimalkan strategi untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi.***