JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia mengungkapkan perkembangan ekonomi yang berangsur pulih seiring dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19.
Nilai tukar pada akhir hari Kamis, 24 Maret 2022 ditutup melemah terbatas di level (bid) Rp14.344 per dolar AS, demikian dikutip dari website bank sentral, Jumat (25/3/2022).
Sementara itu, Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun di 6,69%, DXY menguat ke level 98,79, dan Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 2,372%.
Pada pagi hari Jumat, 25 Maret 2022, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.340 per dolar AS. Sementara Yield SBN 10 tahun stabil pada level 6,69%.
BI juga mencatat aliran Modal Asing (Minggu IV Maret 2022). Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke level 94,38 bps per 24 Maret 2022 dari 85,47 bps per 18 Maret 2022, sejalan risk off di pasar keuangan global.
Berdasarkan data transaksi 21-24 Maret 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp3,13 triliun terdiri dari jual neto di pasar SBN sebesar Rp5,96 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp2,83 triliun.
Berdasarkan data setelmen s.d 24 Maret 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp29,87 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp24,44 triliun di pasar saham.
Dari pemantauan Inflasi, BI mencatat inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Maret 2022, perkembangan harga pada Minggu IV Maret 2022 tetap terkendali dan diperkirakan inflasi 0,68% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Maret 2022 secara tahun kalender sebesar 1,24% (ytd), dan secara tahunan sebesar 2,68% (yoy), tulis BI.
Sementara penyumbang utama inflasi Maret 2022 sampai dengan minggu IV yaitu komoditas cabai merah sebesar 0,11% (mtm), bahan bakar rumah tangga (BBRT) sebesar 0,7% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,06% (mtm), emas perhiasan dan daging ayam ras masing-masing sebesar 0,05% (mtm), tempe sebesar 0,04% (mtm).
Selanjutnya cabai rawit, minyak goreng, sabun detergen bubuk/cair, angkutan udara dan jeruk masing-masing sebesar 0,03% (mtm), tahu mentah, daging sapi, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02% (mtm). Serta bawang merah, bawang putih dan gula pasir masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode ini yaitu tomat sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat. BI juga terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mendukung pemulihan lebih lanjut.***