JAKARTA, Stabilitas – PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) meyakini bahwa prospek bisnis financial technology (fintech) di Indonesia ke depan bakal semakin menjanjikan. Karenanya, perusahaan yang bergerak di industri pemanfaatan teknologi itu tak ragu untuk melebarkan sayap bisnisnya ke ceruk bisnis baru itu. Setidaknya tiga perusahaan fintech diakui telah diakuisisi dengan nilai investasi mencapai Rp50 miliar untuk ketiganya.
“Anggarannya kami ambilkan dari dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp50 miliar. Lalu Rp60 miliar lagi (dari dana capex) kami gunakan untuk pengembangan usaha. Ditambah dengan keperluan untuk fixed income, total (dana Capex) sudah kami gunakan sekitar Rp150 miliar,” ujar Direktur Keuangan ATIC, Lie David, dalam public expose perusahaan, di Jakarta, Kamis (28/11).
Guna menopang anggaran Capex sendiri, menurut Lie, pihaknya mengkombinasikan opsi pembiayaan dari kas internal, pinjaman perbankan dan juga penerbitan convertible bonds. Namun demikian, Lie menegaskan bahwa porsi terbesar pembiayaan Capex diambilkannya dari kas internal dan juga convertible bonds.
“Untuk pinjaman perbankan kami tidak terlalu besar. Strategi kami memang seperti itu, yaitu tidak mau terlalu tergantung dari pembiayaan perbankan,” tutur Lie.
Selain mengakuisisi tiga perusahaan, Lie juga menyebut bahwa pihaknya baru saja meluncurkan IKI, yang merupakan brand layanan dari anak usaha perusahaan di bidang fintech. Saat ini, brand IKI telah dilengkapi dengan layanan Payment Point Online Banking (PPOB), pengiriman uang (remitansi) dan juga pinjaman langsung (peer to peer lending) untuk pasar Usaha Kecil Menengah (UKM).
“Saat ini kami telah memiliki lebih dari 150 ribu agen IKI di seluruh Indonesia,” ungkap Lie.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur ATIC, Harry Surjanto, menegaskan bahwa pihaknya terus berinovasi dalam hal pengembangan bisnis dan perluasan kepemimpinan pasar baik di domestik maupun regional. Harry mengklaim bahwa hingga tahun 2019 ini pihaknya telah menjadi salah satu perusahaan penyedia solusi tekonologi informasi papan atas nasional.
“Kami terus berjuang untuk memenangkan pasar dengan mengandalkan tiga lini bisnis, yaitu Mission Crititical Digital Solution (MCDS), Digitally Enriched Outsourcing Service (DEOS) dan Cloud & Digital Platform Partner (CDPP). Lalu sekarang juga sudah bisnis fintech dalam jaringan bisnis kami, sehingga kami semakin yakin bakal dapat menghadapi persaingan pasar ke depan yang semakin challenging,” tegas Harry.