JAKARTA, Stabilitas.id — Menteri BUMN Erick Thohir mengejutkan banyak pihak dengan keputusannya untuk memberhentikan sebagian besar direksi MIND ID (sebelumnya Inalum), sebuah perusahaan induk untuk perusahaan seperti Aneka Tambang (ANTM), Timah (TINS), Bukit Asam (PTBA), dan Freeport Indonesia (PTFI).
Erick memberhentikan Orias P Moedak yang baru menjabat sebagai chief executive officer (CEO) sekitar dua tahun. Orias menggantikan Budi Gunadi Sadikin yang awalnya diangkat menjadi Wakil Menteri BUMN namun kemudian diangkat menjadi Menteri Kesehatan.
Orias digantikan oleh Hendi Prio Santoso, yang merupakan CEO perusahaan semen milik negera, Semen Indonesia (SMGR) dan sebelumnya CEO perusahaan minyak dan gas negara PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tbk.
Tak hanya Orias, Erick memberhentikan tiga direktur MIND ID lainnya, menyisakan Dany Amrul Ichdan di jajaran direksi. Hal ini menarik karena Dany adalah mantan pejabat di Kantor Presiden (KSP) dan mantan direktur Pertamina Medika, anak perusahaan Pertamina.
“Kami mendengar konflik antara Orias dan CEO perusahaan negara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pertamina terkait dengan Indonesia Battery Corporation (IBC) dan rencana akuisisi aset Deutsche Post yang merugi,” kata salah satu eksekutif di Aneka Tambang ( ANTM).
IBC merupakan konsorsium yang dibentuk untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. IBC telah memasuki beberapa usaha patungan potensial, termasuk dengan CATL, salah satu produsen baterai EV terkemuka.
“Orias dan direksi lainnya, kecuali Dany, menentang rencana akuisisi tersebut karena tidak sejalan dengan konsep ekosistem kendaraan listrik Presiden Joko Widodo, tetapi entah bagaimana beberapa orang membodohi presiden dengan usulan tersebut,” tambah eksekutif itu.
Sumber dari internal MIND ID mengatakan bahkan Dirut ANTM saat ini juga menentang rencana tersebut. “Akibatnya, CEO ANTM mungkin juga akan diganti,” tambahnya.
“Seorang mantan bankir yang dekat dengan Erick entah bagaimana ‘menawarkan’ kesempatan untuk mengakuisisi aset Deutsche Post. Dirut Pertamina Nicke dikabarkan mendukung rencana tersebut meski aset dan kinerja perusahaan target dipertanyakan,” kata sumber tersebut.
Selain akuisisi, beberapa kelompok usaha dikabarkan mengincar aset nikel ANTM yang belum tergarap di Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Beberapa perusahaan, seperti diketahui, terlibat tumpang tindih konsesi pertambangan nikel dengan ANTM di kabupaten itu.
Diantaranya adalah PT Wanagon Anoa Indonesia, PT Hafar Indotech, PT Karya Murni Sejati, PT Sriwijaya Raya, dll. Deja vu. Pada pemerintahan sebelumnya, kita menyaksikan tumpang tindihnya masalah konsesi batu bara yang menimpa Bukit Asam (PTBA) di Sumatera Selatan.
Kembali ke perombakan manajemen, pengangkatan Hendi sebagai CEO MIND ID bahkan lebih parah. “Kita semua tahu apa yang terjadi di PGAS selama kepemimpinannya. Kita hanya bisa membayangkan sesuatu yang mencurigakan di balik pengangkatannya oleh Erick, mungkin untuk ambisinya sendiri pada 2024,” kata seorang pensiunan pejabat BUMN.
Kembali ke Orias, dia pun pernah diangkat menjadi Dirut Pelindo 3 pada 2016-2017, hanya bertahan 1 tahun lebih karena diganti oleh Meneg BUMN saat itu, Rini Soemarno.
Rini kecewa pada Ories, karena profesional ternama asal NTT itu tidak menyetujui salah satu proyek Rini. Ories sempat menjabat Dirut Bukit Asam, sebelum diangkat menjadi Dirut MIND ID, sebelumnya dikenal sebagai Inalum.
Alasan Penyegaran
Secara terpisah Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, alasan perombakan tersebut adalah untuk penyegaran tim manajemen MIND ID dan untuk mencapai sejumlah tujuan yang ditargetkan. Salah satunya untuk mempercepat transformasi industri tambang.
“Akselerasi transformasi industri tambang yang berbasis sustenaible dan environmental friendly practices dengan mengoptimasi program digitalisasi dan automasi mekanisasi smart mining 5.0,” ungkapnya.
Selain itu, percepatan transformasi dilakukan untuk pengembangan hilirisasi industri tambang menuju integrated metal and mineral comprehensive upstream-downstream processing. Ia bilang, hal ini untuk memaksimalkan value dan nilai yang bisa diperoleh di dalam negeri sehingga terbangun industri yang kuat.
Terakhir, agar MIND ID bisa menjadi motor penggerak terdepan dalam inisiatif pengembangan industri electric mobility nasional. Tujuannya yakni untuk mengurangi defisit devisa negara akibat net impor energi, serta pengurangan emisi karbon di sektor transportasi darat.
“Juga untuk mengakselerasi terciptanya ekosistem yang terintegrasi di sektor electric mobility dengan membuka peluang investasi dan kerjasama dengan player electric mobility global,” jelas Arya.***