JAKARTA, Stabilitas.id — Di tengah tekanan yang ada di pasar akibat dari pandemi Covid-19, PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), yang juga dikenal dengan sebutan Latinusa masih percaya diri dengan memasang target tinggi pada kinerjanya di tahun ini.
Sebut saja dalam hal perolehan laba, produsen tinplate satu-satunya di Indonesia itu tengah membidik realisasi hingga US$2,98 juta pada akhir tahun nanti. Dengan capaian laba pada tahun 2020 lalu sebesar US$2,71 juta, maka sama halnya perusahaan tengah memasang target pertumbuhan minimal sebesar 10 persen.
Bukan tanpa alasan bila Prrseroan tetap optimis dengan mematok target kinerja tinggi di tengah tekanan pandemi yang ada di pasar.
BERITA TERKAIT
“Karena kalau mampu (tumbuh) positif di tahun ini maka otomatis kita akan bagi dividen untuk para pemegang saham pada tahun depan. Itu target kami, karena memang sudah lama pemegang saham berharap adanya dividen,” ujar Direktur Utama NIKL, Jetrinaldi, dalam konferensi pers yang digelar usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar secara virtual, Kamis (8/4).
Dalam RUPST yang digelar kali ini memang NIKL memutuskan untuk kembali tidak membagikan dividen pada para pemegang saham. Alasan yang mendasari keputusan tersebut, diantaranya, adalah catatan laba bersih perusahaan masih ‘hanya’ naik tipis sebesar 1,41 persen saja di sepanjang tahun 2020 lalu. Bahkan, catatan laba komprehensif perusahaan juga masih minus 2,94 persen dari semula US$2,58 juta pada tahun 2019 menjadi hanya US$2,51 juta pada tahun lalu.
“Langkah efisiensi dengan menekan pos beban terbukti berhasil membawa catatan laba bersih kami positif. Caranya dengan menekan biaya produksi dan meningkatkan inovasi serta pengoptimalan penggunaan bahan baku (timah). Dengan begitu kebutuhan belanja modal (capital expenditure/capex) juga bisa ditekan,” tutur Jetrinaldi.
Karenanya, pada tahun 2021 ini NIKL memangkas anggaran CAPEX menjadi sebesar US$2,9 juta. Hampir setengah dari anggaran CAPEX 2020 yang tercatat sebesar US$4,8 juta. Tak hanya efisiensi, Jetrinaldi juga menyebut prinsip kehati-hatian sebagai ‘jurus’ lain perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global akibat dari adanya pandemi.
“Anggaran (CAPEX) kami lebih ketat di tahun ini, dengan lebih difokuskan pada efisiensi pemakaian bahan baku, mengingat harga timah merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah TMBP (tin mill black plate). Tapi (nilai CAPEX) itu masih di luar maintenance karena untuk pos itu ada kami anggaran tersendiri,” tegas Jetrinaldi.